Contoh Cerpen Pengalaman Akibat Bangun Kesiangan
Cerpen merupakan cerita fiksi yang dikarangn dengan berbagai tujuan, salah satu tujuan pembuatan cerpen adalah untuk mengasah skill menulis anak. Karena dengan dibiasakan menulis sejak kecil akan mengasah skill anak tersebut agar menjadi lebih baik.
Berikut ini Contoh Cerpen Pengalaman Akibat Bangun Kesiangan yang semoga bermanfaat dan memberikan gambaran kepada anak-anak untuk giat menulis.
Bangun Kesiangan
“Rara….! Subuh, Nak!”
Euhm, aku Rara yang dipanggil oleh mama masih malas sekali untuk membuka mata. Berulang kali mama meneriakkan kalimat yang sama dari dapur, namun kasur ini masih sangat nyaman. Seakan kasur, bantal guling, dan selimut tidak mengizinkan diriku untuk meninggalkan mereka. Selimutnya meluk Rara kuat-kuat, Ma! Begitu kataku dua hari yang lalu, menjelaskan pada mama kenapa susah sekali diriku bangun pagi untuk sholat subuh. Mungkin setelah teriakan ketiga, mama tidak berteriak lagi pagi ini. Aku bisa tidur lagi, pikirku. Tak kusangka beberapa saat kemudian mama datang membawa segayung air kulkas dan menyiramkan tepat di wajahku.
“MAMAA!” teriakku keras sekali, mengejutkan burung-burung di sekitar rumah.
***
“Nanti mama sama papa nginap di rumah nenek, Rara gausah ikut, masih sekolah. Rara di rumah saja sama kakak. Rara harus bisa bangun pagi, malamnya jangan keluyuran, PRnya dikerjakan, bantuin kaka beres-beres rumah.”
“Hmmmm!” Aku hanya diam tetap asik mengunyah makan sambil cemburut karena mama mengguyur tadi pagi.
Sepulang sekolah hanya ada aku dan kakak. Aku kelas dua SMP, sedangkan kakak Ruri kelas tiga SMA, sibuk sekali dengan ujian katanya. Mama dan Papa sudah berangkat ke rumah nenek. Ini sangat menyenangkan, aku bisa bebas di rumah, pikirku. Sepanjang malam aku puas memainkan komputer, bermain game atau menonton film, sambil menghabiskan makanan di kulkas. Kak Ruri sibuk di kamarnya dengan berbagai tugas dan tidak pernah mengomeliku asal tidak menganggu.
***
“Rara, Rara, Rara bangun!” Aku mendengarnya sayup-sayup, kemudian tertidur lagi. Rasanya hanya lima menit aku tertidur, tapi matahari yang menerobos jendela sangat menyilaukan. Terkejut, aku segera bangun dan melihat jam digital menunjuk angka 8.38.
“Kak RURIIIIIII!” teriakku kencang lagi, namun tidak ada jawaban. Kulihat seisi rumah sudah sepi. Ada sebuah memo di meja, Kakak capek bangunin kamu, yasudah kakak tinggal! Kalau sudah bangun, buruan mandi terus ke sekolah naik sepeda. Makan di sekolah aja, jangan lupa kunci pintu pakai kunci cadangan. JANGAN BOLOS! Aku meringis membacanya.
Sekolah sedang jam istirahat, saat aku sampai. Untungnya pak satpam mengizinkanku masuk. Banyak teman yang mentertawakan dan mengejekku. Akhirnya aku ketinggalan dua mata pelajaran, juga tidak mengikuti ulangan harian. Sial sekali.